Asimilasi ~ Hubungan antar budaya yang terjadi di suatu wialayah, tidak hanya bisa timbulnya akulturasi, asimilasi budaya juga bisa saja terjadi. Jika dalam akulturasi (baca selengkapanya di sini), dua atau lebih budaya bercampur tanpa menghilangkan budaya aslinnya, pada asimilasi pembauran budaya terjadi secara total yang mengakibatkan budaya asli tidak tampak lagi. Nah, pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan membahas secara lengkap salah satu materi Antropoligi yaitu Asimilasi. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Pengertian Asimiliasi

Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran. 

Koentjaraningrat mengatakan bahwa asimilasi dapat terjadi karena; pertama, golongan manusia dengan latar belakang yang berbeda, Kedua, hubungan terjalin cukup lama, sehingga masing-masing ciri khas menjadi luntur dan membentuk percampuran unsur kebudayaan yang baru. Ketiga, masing-masing kebudayaan mengalami perubahan dan kehilangan ciri khasnya hingga akhirnya terbentuk kebudayaan baru yang berupa kebudayaan campuran.

Lebih lanjut Koentjaraningrat menjelaskan bahwa asimilasi tidak terjadi apabila masyarakat kurang memiliki pengetahuan akan kebudayaan yang baru. Selain itu jika dalam masyarakat terdapat perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan, dapat dipastikan asimilasi kebudayaan tidak terjadi. Terlebih adanya dominasi superioritas individu terhadap kebudayaan yang dimiliki dibandingkan dengan kebudayaan baru menjadi faktor pendukung tidak terjadinya proses asimilasi.

Pengertian dan Proses Asimilasi


B. Proses Asimilasi

Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada per syaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran di pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

1. Faktor Pendorong Asimilasi

  • Toleransi, yaitu saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling meleng kapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
  • Simpati, yaitu kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan men dekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaankebudayaan tersebut.
  • Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
  • Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
  • Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukung nya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.


2. Faktor Penghambat Asimilasi

  • Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
  • Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang berkembang antara suku bangsa.
  • Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
  • Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
  • Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling tidak diatasi lebih dulu.


Semoga artikel Antropologi di atas tentang penjelasan mengenai Asimilasi bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan sobat sekalian. Apabila ada suatu kesalahan baik berupa penulisan maupun isi dari artikel di atas, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Terima kasih… ^^Maju Terus Pendidikan Indonesia^^